Sejarah Matematika Socrates dan Aritotekes ****
MAKALAH SEJARAH MATEMATIKA
SOCRATES DAN ARISTOTELES TENTANG PEMIKIRANNYA
(470 SM-399 SM)
Kata
Pengantar
Puji
syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena dengan rahmat,
karunia, serta taufik dan hidayah-Nya kami dapat menyelesaikan makalah tentang Sejarah
Matematika dengan tokoh Socrates dan Aristoteles serta perannya dalam
perkembangannya. Dan juga kami berterima kasih pada Ibu selaku Dosen mata kuliah Sejarah Matematika yang telah memberikan tugas ini kepada kami.
Kami sangat berharap makalah ini dapat berguna dalam rangka menambah wawasan serta pengetahuan kita mengenai perkembangan sejarah matematika. Kami juga menyadari sepenuhnya bahwa di dalam makalah ini terdapat kekurangan dan jauh dari kata sempurna. Oleh sebab itu, kami berharap adanya kritik, saran dan usulan demi perbaikan makalah yang telah kami buat di masa yang akan datang, mengingat tidak ada sesuatu yang sempurna tanpa saran yang membangun.
Semoga makalah sederhana ini dapat dipahami bagi siapapun yang membacanya. Sekiranya laporan yang telah disusun ini dapat berguna bagi kami sendiri maupun orang yang membacanya. Sebelumnya kami mohon maaf apabila terdapat kesalahan kata-kata yang kurang berkenan dan kami memohon kritik dan saran yang membangun dari Anda demi perbaikan makalah ini di waktu yang akan datang.
Kami sangat berharap makalah ini dapat berguna dalam rangka menambah wawasan serta pengetahuan kita mengenai perkembangan sejarah matematika. Kami juga menyadari sepenuhnya bahwa di dalam makalah ini terdapat kekurangan dan jauh dari kata sempurna. Oleh sebab itu, kami berharap adanya kritik, saran dan usulan demi perbaikan makalah yang telah kami buat di masa yang akan datang, mengingat tidak ada sesuatu yang sempurna tanpa saran yang membangun.
Semoga makalah sederhana ini dapat dipahami bagi siapapun yang membacanya. Sekiranya laporan yang telah disusun ini dapat berguna bagi kami sendiri maupun orang yang membacanya. Sebelumnya kami mohon maaf apabila terdapat kesalahan kata-kata yang kurang berkenan dan kami memohon kritik dan saran yang membangun dari Anda demi perbaikan makalah ini di waktu yang akan datang.
Salatiga, Juni 2016
Penyusun
A. Pendahuluan
Filsafat adalah pandangan hidup seseorang atau sekelompok orang
yang merupakan konsep dasar mengenai kehidupan yang dicita-citakan. Filsafat
juga diartikan sebagai suatu sikap seseorang yang sadar dan berfikir dewasa
dalam segala sesuatu secara mendalam dan ingin melihat dari segi yang luas dan
menyeluruh dengan segala hubungan. Pekembangan filsafat dimulai dari jaman
filsafat kuno sampai dengan filsafat moderen. Berbagai pemikiran-pemikiran baru
bermunculan dan bersama-sama mencari kebenaran untuk mencapai suatu kebenaran
yang sejati.Dengan adanya filsafat lahirlah tokoh-tokoh yang membuat perubahan
dengan berbagai pemikiran-pemikirannya. Pemikiran-pemikiran itu menjadikan
orang menggunakan akalnya untuk berfikir lebih dalam dan menggali ilmu
pengetahuan yang sangat bermanfaat hingga kini. Berbagai penemuan baru telah
diperoleh sehingga menjadikan seseorang lebih bijaksana dalam menghadapi suatu
permasalahan yang ada.Pada makalah ini, penulis akan membahas tokoh filsuf
Athena yang banyak berpengaruh dalam sejarah filsafat Yunani Kuno. Dia adalah
Socrates, di dalam makalah ini penulis akan mencoba menguraikan berbagai
pemikiran-pemikiran Socrates yang sangat kontroversial di jamannya serta
melirik tentang perjalanan hidup seorang Socrates yang terkenal dengan
pribadinya yang baik dan sederhana.
B. Biografi Socrates
Socrates (470 SM – 399
SM) adalah filsuf dari Athena, Yunani dan merupakan salah satu figur paling
penting dalam tradisi filosofis Barat. Socrates lahir di Athena, tanggal 4 Juni
470 SM, dan merupakan generasi pertama dari tiga ahli filsafat besar di Yunani,
yaitu Socrates, Plato dan Aristoteles. Plato dan Aristoteles merupakan murid
Socrates. Ayah Socrates berprofesi sebagai pemahat patung dari batu (stone
mason) bernama Sophroniscos. Ibunya adalah seorang bidan yang bernama
Phainarete, dari sinilah Socrates menamakan metodenya berfilsafat dengan metode
kebidanan. Socrates beristri seorang perempuan bernama Xantippe dan dikaruniai
tiga orang anak yaitu Ramprocles, Sophroniscos dan Menexene. Socrates adalah
sosok tokoh filosuf yang penuh teka-teki dalam sejarah perkembangan filsafat.
Ia tidak pernah menulis sebaris kalimatpun dalam sebuah tulisan.
Masa hidup Socrates
sezaman dengan kaum sofis. Ia terkenal sebagai orang yang berbudi baik, jujur,
dan adil. Cara menyampaikan pemikirannya kepada para pemuda ia menggunakan
metode tanya jawab. Sebab itu ia memperoleh banyak simpati dari para pemuda di
negerinya. Namun ia juga kurang disenangi oleh orang banyak dengan menuduhnya
sebagai orang yang merusak moral para pemuda negerinya. Selain itu ia juga
dituduh menolak dewa-dewa atau tuhan-tuhan yang telah diakui negara.
Kelanjutan dari
tuduhan terhadap dirinya menjadikan ia diadili oleh pengadilan Athena. Dalam
proses pengadilan ia mengatakan pembelaanya yang kemudian ditulis oleh Plato
dalam naskahnya yang berjudul Apologi. Plato mngisahkan adanya tuduhan itu.
Tuduhan mengatakan bahwa Sokrates tidak hanya menentang agama yang diakui oleh Negara,
akan tetapi juga mengajarkan agama baru buatannya sendiri. Salah seorang yang
mendakwanya yaitu Melithus, mengatakan bahwa dia adalah seorang tak-berTuhan
dan menambahkan: Socrates berkata matahari adalah batu dan bulan adalah tanah.
Socrates tentu saja mengatakan bahwa tuduhan baru yang mengatakan dia atheis
ini bertentangan dengan dakwaan sebelumnya, dan selanjutnya ia memaparkan
berbagai pendangan yang lebih luas.
Buku Apologi memberi
gambaran jelas tentang sosok manusia tertentu: seorang manusia yang sangat
percaya diri, berjiwa besar, tak peduli pada kesukaan duniawi, yakni bahwa ia
dibimbing oleh suara illahi, dan yakin bahwa penalaran yang jernih adalah
syarat terpenting untuk hidup secara benar. Dalam Apologi, Socrates membela
dirinya bukanlah demi kepentingannya sendiri, melainkan demi kepentingan para
hakim. Menurutnya, para hakim adalah nyamuk masyarakat, dikirim dewa ke negeri
itu, dan tak mudah menemukan orang lain semacam dia (Socrates). Sokrates
menjawab (menyangkal) tuduhan itu, dan menanyakan kepadanya , siapakah orang
yang memperbaiki pemuda. Melithus menjawab mula-mula para hakim, kemudian
terdesak sedikit mengatakan bahwa semua orang Athena kecuali Sokrates
memperbaiki pemuda. Sokrates mengucapkan selamat bahwa Athena memiliki nasib
baik untuk memiliki begitu banyak orang yang berusaha memperbaiki pemuda, dan
orang-orang baik tentu lebih pantas untuk dipergauli dari pada orang jelek,
maka dari itu ia tidak akan dapat menjadi begitu bodoh untuk dapat merusak
mereka dengan sengaja. Setelah keputusan dibacakan, ia ditolak hukuman
alternatif sebesar tiga puluh minae(yang untuk ini Socrates
menyebut nama Plato sebagai salah seorang yang sanggup membayarnya, dan hadir
dalam sidang itu), dan Sokrates menyampaikan pidato terakhiranya tentang kematian.
Ia mengatakan bahwa kematian bukanlah akhir dari segalanya, kematian merupakan
terpisahnya jasad dari ruh untuk melanjutkan ke dunia selanjutnya. Dalam proses
pengadilan Socrates dinyatakan bersalah dengan suara 280 melawan 220 (Bertens,
1975:82). Ia dituntut hukuman mati. Sokrates dihukum mati dengan meminum racun,
ada yang menyebutkan racun dari tumbuhan cemara, yang jelas racun itu yang
berasal dari tumbuh-tumbuhan.
Cara matinya juga
memberikan contoh, betapa seorang filosof setia kepada ajarannya dan tetap
menggenggam teguh keyakinanya meskipun nyawa menjadi taruhannya. Sokrates telah
meninggal dunia, tetapi nama dan pemikiran-pemikirannya tetap hidup untuk
selama-lamanya. Socrates merupakan orang yang biasa-biasa saja, semua orang
sepakat bahwa raut muka Socrates amat buruk, hidungnya papak dan perutnya
begitu gendut; ia “lebih jelek ketimbang para Silenus dalam drama Satiris”
(Xenopon, Symposium). Ia selalu mengenakan pakaian kumal dan tua,
kemanapun ia pergi selalu bertelanjang kaki. Sikapnya yang tak peduli pada
panas dan dingin, lapar dan haus mengherankan semua orang. DalamSymposium,
Alkibiades yang mengisahkan Socrates ketika menjalani tugas militer bahwa dia
lebih tanggung dibandingkan teman-teman lainnya. Ketika dalam keadaan terputus
dalam perbekalan dan terpaksa berangkat tanpa makanan, dia tetap perkasa
dibandingkan yang lain. Pada saat itu cuaca sedang beku, tanpa menghiraukan
rasa dingin dia tetap melangkah dengan pasti diatas tumpukan es yang membatu
dengan berpakaian seperti biasanya, kumal dan bertelanjang kaki. Kemampuan
mengendalikan semua nafsu jasmani terus-menerus ditonjolkan. Dia jarang minum
anggur, namun selagi dia mau, dia lebih kuat minum dibanding semua orang.
C. Pemikiran Socrates
Kaum sofis hidup
sejaman dengan Socrates, dan memang ada kesamaan pendapat diantara keduanya
itu. Menurut Cicero, Socrates memindahkan filsafat dari langit ke bumi, artinya
sasaran yang diselidiki bukan lagi jagat raya, melainkan manusia. Akan tetapi
bukan hanya Socrates yang membuat demikian, kaum sofis juga. Mereka juga
menjadikan manusia sasaran pemikiran mereka. Itulah sebabnya Aristophanes
menyebut Socrates seorang sofis. Sekalipun demikian ada perbedaan yang besar
antara Socrates dan kaum sofis. Filsafat Socrates adalah suatu reaksi dan suatu
kritik terhadap kaum sofis. Sebutan “sofis” mengalami perkembangan sendiri.
Sebelum abad ke-5 istilah itu berarti: sarjana, cendekiawan. Pada abad ke-4
para sarjana atau cendekiawan bukan lagi disebut “sofis”, tetapi “filosofis”,
filsuf, sedang sebutan “sofis” dikenakan untuk para guru yang berkeliling dari
kota ke kota untuk mengajar. Akhirnya sebutan “sofis” tidak harum lagi, karena
seorang sofis adalah orang yang menipu orang lain dengan memakai alasan-alasan
yang tidak sah. Para guru berkeliling itu dituduh sebagai orang-orang yang
minta uang bagi ajaran mereka.
Ajaran bahwa semua
kebenaran itu relatif telah menggoyangkan teori-teori sains yang telah mapan,
mengguncangkan keyakinan agama. Ini menyebabkan kebingungan dan kekacauan dalam
kehidupan. Inilah sebabnya Socrates bangkit. Ia harus meyakinkan orang Athena
bahwa tidak semua kebenaran itu relatif, ada kebenaran umum yang dapat dipegang
oleh semua orang. Sebagian kebenaran memang relatif, tetapi tidak semuanya.
Sayangnya, Socrates tidak meninggalkan tulisan. Kaum sofis beranggapan bahwa
semua pengetahuan adalah relatif kebenarannya, tidak ada pengetahuan yang
bersifat umum. Dengan definisi itu Socrates dapat membuktikan kepada kaum sofis
bahwa pengetahuan yang umum itu ada, yaitu definisi itu sendiri. Jadi, kaum
sofis tidak seluruhnya benar, yang benar ialah sebagian pengetahuan bersifat
umum dan sebagian bersifat khusus, yang khusus itulah pengetahuan yang
kebenarannya relatif. Seperti contoh berikut: apakah kursi itu? Orang bisa
periksa seluruh kursi, kalau bisa seluruh kursi yang ada dunia ini. Misalnya
kursi hakim terdiri dari tempat duduk dan sandaran, berkaki empat, dari bahan
kayu jati. Kedua, kursi malas, terdiri dari tempat duduk, sandara dan berkaki
empat, terbuat dari besi anti karat begitulah seterusnya. Jadi dapat diambil
kesimpulah bahwa setiap kursi itu selalu ada tempat duduk dan sandaran. Kedua
ciri ini terdapat pada semua kursi. Sedangkan ciri yang lain tidak dimiliki
semua kursi. Maka, semua orang akan sepakat bahwa kursi adalah tempat duduk
yang bersandaran. Contoh tersebut merupakan kebenaran obyektif – umum, tidak
subyektif – relatif. Tentang jumlah kaki, bahan, ukuran, dsb. Merupakan
kebenaran yang relatif. Jadi, memang ada pengetahuan umum, itulah definisi.
Ajarannya dapat
diperolah dari tulisan murid-muridnya, terutama Plato. Bartens menjelaskan
ajaran Socrates itu ditujukan untuk menentang ajaran relativisme sofis. Ia
ingin menegakkan sains dan agama. Cara sokrates memberikan ajarannya adalah ia
mendatangi orang dengan bermacam-macam latar belakang mereka, seperti: ahli
politik, pejabat, tukang dan lain-lain. Metode itu bersifat praktis dan
dijalankan melalui percakapan-percakapan. Ia menganalisis pendapat-pendapat.
Setiap orang mempunyai pendapat mengenai salah dan tidak salah, adil dan tidak
adil, berani dan pengecut, dsb. Socrates selalu menanggapi jawaban pertama
sebagai hipotesis dan dengan jawaban-jawaban lebih lanjut dan menarik
konsekuensi-konsekuensi yang dapat disimpulkan dari jawaban-jawaban tersebut.
Jika ternyata hipotesis pertama tidak dapat dipertahankan, karena menghasilkan
konsekuensi yang mustahil, maka hipotesis itu diganti dengan hipotesis lain,
lalu hipotesis kedua ini diselidiki dengan jawaban-jawaban lain, dan begitu
seterusnya. Sering terjadi percakapan itu berakhir dengan aporia (kebingunan).
Akan tetapi, tidak jarang dialog itu menghasilkan suatu definisi yang dianggap
berguna. Metode yang biasa digunakan Socrates biasanya disebut dialektika.
Menurut Plato, dialektika dalam pengertian sebagai metode untuk menggali
pengetahuan dengan cara tanya jawab, bukan ditemukan oleh Socrates. Agaknya
metode ini pertama kali dipraktikkan secara sistematis oleh Zeno, murid
Parmenindes; dalam dialog Plato berjudul Parmenindes, Zeno
mengungguli Socrates lewat cara yang sama dengan yang terjadi dalam
dialog-dialog Plato lainnya di mana Socrates mengungguli orang-orang lain.
Namun ada cukup alasan untuk menduga bahwa Socrates mempraktikkan sekaligus
mengembangkan merode ini. Metode Socrates dinamakan dialektika karena dialog mempunyai
peranan penting didalamnya. Sebutan yang lain ialah maieutika, seni
kebidanan, karena cara ini Socrates bertindak seperti seorang bidan yang
menolong kelahiran bayi “pengertian yang benar”.
Dengan cara bekerja
yang demikian itu Socrates menemukan suatu cara berfikir yang disebut induksi, yaitu:
menyimpulkan pengetahuan yang sifatnya umum dengan berpangkal dari banyak
pengetahuan tentang hal khusus. Misalnya: banyak orang yang menganggap
keahliannya (tukang besi, tukang sepatu, pemahat, dll) sebagai keutamaannya.
Seorang tukang besi berpendapat, bahwa keutamaannya adalah jikalau ia membuat
alat-alat dari besi yang baik. Seorang tukang sepatu menganggap sebagai
keutamaanya, jikalau ia membuat sepatu yang baik. Demikian seterusnya. Untuk
mengetahui apakah “keutamaan” pada umumnya, semua sifat khusus
keutamaan-keutamaan yang bermacam-macam itu harus disingkirkan. Tinggallah
keutamaan yang sifatnya umum. Demikianlah dengan induksi itu sekaligus
ditemukan apa yang disebut definisi umum. Definisi umum ini pada
waktu itu belum dikenal. Socrateslah yang menemukannya, yang ternyata penting
sekali bagi ilmu pengetahuan. Bagi Socrates definisi umum bukan pertama-tama
diperlukan bagi keperluan ilmu pengetahuan, melainkan bagi etika. Yang
diperlukan adalah pengertian-pengertian etis, seperti umpamanya: keadilan,
kebenaran, persahabatan dan lain-lainya.
Socrates juga
mengatakan bahwa jiwa
manusia bukanlah nafasnya semata-mata, tetapi asas hidup manusia
dalam arti yang lebih mendalam. Jiwa itu adalah intisari manusia, hakekat
manusia sebagai pribadi yang bertanggung jawab. Oleh karena jiwa adalah
intisari manusia, maka manusia wajib mengutamakan lebahagiaan jiwanya (eudaimonia = memiliki daimon atau jiwa yang baik),
lebih dari pada kebahagiaan tubuhnya atau kebahagiaan yang lahiriah, seperti
umpamanya: kesehatan dan kekayaan. Manusia harus membuat jiwanya menjadi jiwa
yang sebaik mungkin. Jikalau hanya hidup saja, hal tersebut belum ada artinya.
Pendirian Socrates yang terkenal adalah “Keutamaan adalah Pengetahuan”. Keutamaan di bidang hidup baik
tentu menjadikan orang dapat hidup baik. Hidup baik berarti mempraktekkan
pengetahuannya tentang hidup baik itu. Jadi baik dan jahat dikaitkan dengan
soal pengetahuan, bukan dengan kemauan manusia.
Pada bagian kisah terakhir dalam hidup Socrates, dimana ia
menyampaikan pandangan tentang apa yang terjadi sesudah mati, ia benar-benar
yakin pada imortalitas. Seperti dalam cuplikan pidato penutup Socrates setelah
dia dijatuhi hukuman mati:
“Dan sekarang wahai
orang-orang yang telah menghukumku, ingin kuramalkan nasib kalian; sebab
sebentar lagi aku mati, dan saat-saat menjelang kematian manusia dianugerahi
kemampuan meramalkan. Dan kuramalkan kalian, para pembunuhku, bahwa tak lama
sesudah kepergianku maka hukuman yang jauh lebih berat daripada yang kalian
timpakan kepadaku pasti akan menantimu… jika kalian menyangka bahwa dengan
membunuh seseorang kalian dapat menjegal orang itu sehingga tak mengecam hidup
kalian yang tercela, kalian salah duga; itu bukan jalan keluar terhormat dan membebaskan;
jalan paling mudah dan bermartabat bukanlah dengan memberangus orang lain,
namun dengan memperbaiki diri kalian sendiri. Kematian mungkin sama dengan
tidur tanpa mimpi –yang jelas baik- atau mungkin pula berpindahnya jiwa ke
dunia lain. Dan adakah yang memberatkan manusia jika ia diberi kesempatan untuk
berbincang dengan Orpheus, Musaeus, Hesiodus, dab Homerus? Maka, sekiranya hal
ini benar, biarlah aku mati berulang kali. Di dunia lain itu mereka tak akan
menghukum mati seseorang hanya karena suka bertanya: tentu tidak. Sebab kecuali
sudah lebih berbahagia daripada kita saat ini, mereka yang di dunia lain itu
abadi, sekiranya apa yang sering dikisahkan itu benar… “
Dari uraian pidato
penutup diatas, Socrates telah percaya bahwa ada kehidupan setelah mati, dan
mati merupakan perpindahan jiwa manusia ke dunia selanjutnya. Orang mati hanya
meninggalkan jasad. Socrates berpendapat bahwa ruh itu telah ada sebelum
manusia, dalam keadaan yang tidak kita ketahui. Kendatipun ruh itu telah
bertali dengan tubuh manussia, tetapi diwaktu manusia itu mati, ruh itu kembali
kepada asalnya semua. Diwaktu orang berkata kepada Socrates, bahwa raja
bermaksud akan membunuhnya. Dia menjawab: “Socrates adalah di dalam kendi, raja
hanya bisa memecahkan kendi. Kendi pecah, tetapi air akan kembali ke dalam
laut”. Maksudnya, yang hancur luluh adalah tubuh, sedangkan jiwa adalah kekal
(abadi).
D.
Kesimpulan
Socrates merupakan seorang filsuf Yunani kuno yang lahir di
Athena pada tahun 470 SM yang merupakan tokoh paling penting dalam filosofis
negara barat. Dia adalah orang yang sederhana, yang selalu berpakaian tua dan
kumal serta tidak pernah memakai alas kaki. Dia adalah orang yang baik, jujur
dan adil. Ayah Socrates adalah soorang pemahat patung dan ibu Socrates adalah
seorang bidan yang kemudian dengan pekerjaan ibunya itu dia mendapat inspirasi
tentang pemikiran yang dilakukan oleh seorang bidan. Filsafat Pra Sokrates
hanya membahas tentang Obyek alam, sedangkan Sokrates disamping membahas alam
juga membahas manusia, jiwa, dan yang lainya.
Dari hal tersebut timbullah pemikiran-pemikiran yang sangat
bermanfaat sampai sekarang ini. Adapun pemikiran-pemikirannya adalah sebagai
berikut:
1. Pemikiran tentang adanya kebenaran umum,
karena Socrates berfikir bahwa tidak semua kebenaran itu bersifat relatif atau
disebut juga cara berfikir induksi, yaitu menyimpulkan pengetahuan
yang sifatnya umum dengan berpangkal dari banyak pengetahuan tentang hal yang
bersifat khusus.
2. Metode dialektika, yang sebenarnya telah
diterapkan oleh seorang filsuf bernama Zeno yang merupakan murid dari
Parmenindes. Meskipun demikian, Socrateslah yang mengembangkan metode ini. Cara
kerjanya adalah seperti nama metodenya yaitu dengan cara bertanya-jawab atau
berdialog. Metode ini juga disebut dengan maieutika atau seni
kebidanan.
3. Pemikiran tentang “keutamaan adalah
pengetahuan” jadi semua hal dikaitkan dengan pengetahuan yang telah ada. Bahkan
Socrates telah menjelaskan bahwa baik dan jahat dalam kehidupan manusia
dikaitkan dengan pengetahuan, bukan dengan kemauan manusia.
4. Pemikiran tentang adanya manusia yang abadi
atau imortalitas. Socrates berpendapat bahwa orang yang mati hanya meninggalkan
jasad, dan ruhnya akan menuju ke alam selanjutnya.
ARISTOTELES
A.
Pendahuluan
Aristoteles adalah seorang filsuf Yunani, murid dari Plato dan guru dari Alexander yang Agung yang hidup antara 384 SM sampai 322 SM. Ia menulis tentang berbagai subyek yang berbeda, termasuk fisika, metafisika, puisi, logika, retorika, politik, pemerintahan, etnis, biologi dan zoologi. Bersama dengan Socrates dan Plato, ia dianggap menjadi seorang di antara tiga orang filsuf yang paling berpengaruh di pemikiran Barat.
B. Riwayat hidup
Aristoteles lahir tahun 384 SM di Stagira, kota di wilayah Chalcidice, Thracia, Yunani (dahulunya termasuk wilayah Makedonia tengah). Ayahnya adalah tabib pribadi Raja Amyntas dari Makedonia. Pada usia 17 tahun, Aristoteles menjadi murid Plato. Belakangan ia meningkat menjadi guru di Akademi Plato di Athena selama 20 tahun. Aristoteles meninggalkan akademi tersebut setelah Plato meninggal, dan menjadi guru bagi Alexander dari Makedonia.
Aristoteles kembali ke Athena saat Alexander berkuasa pada tahun 336 SM. Dengan dukungan dan bantuan dari Alexander, ia kemudian mendirikan akademinya sendiri yang diberi nama Lyceum, yang dipimpinnya sampai tahun 335 SM, ia mendirikan perguruan tinggi bernama Lyceum di Athena yang dikelolanya selama 12 tahun. Ia mengelola sendiri Lyceum ini. Selama di Athena, Aristoteles sangat produktif menghasilkan tulisan ilmiah yang sebagian besar berbentuk diktat kuliah yang sebenarnya tidak untuk dipublikasikan keluar kampus. Diktat kuliah yang terkenal adalah physics, metaphysic, nichomacehan ethic, politik dan de anima. Karya lain yang ditulis dengan substansi dan gaya yang berbeda tetapi secara fundamental saling berhubungan adalah poetics.
Aristoteles
merambah semua bidang ilmu yang berkembang pada zamannya, pemahamanya tidak
hanya dipermukaan tetapi mendalam. Ia berkontribusi besar dalam pengembangan
ilmu yang dimasukinya. Dibidang Ilmu Pengetahuan Alam, ia memberikan sumbangan
dibidang anatomi, geologi, meteorology, fisika, biologi dan zoology. Dibidang
filsafat, ia menulis ilmu estetika, ilmu pemerintahan, metafisika, ilmu
politik,psikologi,retorika, dan teologi. Dia juga memberi sumbangan karya
dibidang pendidikan. Ilmu budaya asing,sastra dan puisi. Jika karya-karyanya
dikumpulkan, ensiklopedia ilmu dari Yunani akan terbentuk. Ada keyakinan bahwa
Aristoteles adalah filsuf terakhir yang mengetahui segala bidang ilmu.
Setelah
kematian Alexander Agung, sentiment anti-bangsa Makedonia merebak kembali di
Athena dan sebagai mantan guru Alexander ia pun terkena impasnya. Eurymedon si
hierophant mengumumkan bahwa Aristoteles dibenci para dewa. Ia kemudian
mengungsi kekota kelahiranya, Chalcidice. Aristoteles menerangkan alas an dia
lari dari Athena, “Saya tidak akan membiarkan orang-orang Athena membuat dosa
besar yang kedua kalinya terhadap filsafat.” Ia merujuk peristiwa hukuman mati
bagi Sokrates, hanya karena ia berbeda pemikiran, sebagai dosa besar orang
Athena yang pertama bagi filsafat. Dikota Euboea, Aristoteles meninggal dan
dikubur disamping isrinya.
Karya-karya
Aristoteles dibukukan dengan penyuntingan para murid yang menjadi guru-guru
sepeninggalanya. Diperkirakan hingga 30 % dari karya-karyanya yang selamat dan
dapat dikomplikasikan keenam buku, yaitu : Categories, On Interpretation, Prior
Analytics, Posterior Analytics, Topics,dan On Sophistical Refutation.
Susunan buku tersebut cukup rapi dari yang sederhana sampai ke yang
pembahasannya.
C.
Peran Aristoteles di bidang matematika
1.Logika
Meskipun terdapat bukti
fragmentasi dalam argumen logika dalam karya-karya matematika sebelum era
Euclid, argumen logika tersebut juga telah disebutkan dalam karya-karya
Hipocrates. Pada abad ke 6 orang yunani mengembangkan tentang gagasan penalaran
logis, kehidupan politik di kota yunani juga mendorong dikembangkanya suatu
argument dan teknik persuasi. Dan ada banyak contoh argumen dalam karya-karya
filsafat terutama pada orang-orang Parmenides
(akhir abad ke 6) dan muridnya Zeno of
elea (akhir abad ke 5) yang menunjukkan teknik-teknik argument.
2.Reductio ad absurdum
Dalam bahasa inggris disebut reduction to the absurd, sistem
beragumen secara logis untuk menunjukkan nahwa thesis yang diajukan lawan
bicara bicara bersifat kontradiktif dan akibatnya, tesis tersebut bernilai
salah.
Dasar
yang digunakan oleh sistem ini adalah hokum non kontradiksi yang berarti sebuah
pernyataann yang hanya boleh bernilai benar atau salah, tidak boleh bernilai
benar sekaligus salah.
Pembuktian
matematis disusun berdasarkan sistem ini. Awalnya, sebuah hipotesis yang ingin
diajukan. Hipotesis ini kemudian dianalisis untuk diuji, apakah ada unsur yang
bernilai kontradiktif. Jika ada unsur yang kontradiktif, hipotesisnya adalah
salah.
Contoh
klasik penggunaan reduction ad absurdum ini adalah pembuktian
bahwa nilai √2 adalah irrasional
Pembuktian
dengan teknik reduction ad absurdum :
Pertama kita andaikan
sebaliknya, yaitu √2 merupakan bilangan rasional (hipotesis RAA). Dengan kata
lain, kita dapat menuliskan √2 = a/b dengan a, b
adalah bilangan bulat dan b ≠ 0. Dengan tidak mengurangi perumuman,
kita dapat mengasumsikan bahwa a/b adalah bentuk paling
sederhana dari pecahan, sehingga a dan b tidak memiliki
faktor persekutuan. Sehingga dengan mengalikan kedua ruas dengan b
kemudian mengkuadratkan kedua ruas kita memperoleh 2b² = a².
Dari sini, kita mendapatkan bahwa a² merupakan suatu bilangan genap,
yang mengakibatkan a juga bilangan genap (jika a bilangan
gasal, a = 2m – 1, maka a² = 2(2m² – 2m
+ 1) – 1 juga merupakan bilangan gasal). Karena a bilangan genap, maka
a dapat dituliskan sebagai a = 2p untuk suatu
bilangan bulat p. Dengan mengkuadratkan kedua ruas persamaan tersebut
kita peroleh a² = 4p². Dengan mensubstitusikan a² =
2b² ke dalam persamaan a² = 4p², kita peroleh b²
= 2p². Persamaan ini mengatakan bahwa b² adalah bilangan
genap, sehingga b juga bilangan genap.
Dari sini kita
menunjukkan bahwa a dan b adalah bilangan genap, yang
artinya, kedua bilangan tersebut memiliki 2 sebagai faktor persekutuannya. Hal
ini kontradiksi karena kita telah mengasumsikan bahwa a dan b
tidak memiliki faktor persekutuan. Jadi, √2 merupakan bilangan irasional
(kesimpulan RAA).
3.Silogisme
Silogisme merupakan penemuan terbesar dari ahli filsafat
terkenal, Aristoteles.
Dalam pengertian umum, silogisme adalah suatu argument deduktif yang
terdiri dari dua premis dan satu kesimpulan. Silogisme adalah setiap
penyimpulan tidak langsung, yang dari dua proposisi (premis-premis) disimpulkan
suatu proposisi baru (kesimpulan). Premis yang pertama disebut premis umum
(premis mayor) dan premis yang kedua disebut premis khusus (premis minor).
Kesimpulan itu berhubungan erat sekali dengan premis-premis yang ada. Jika
premis-premisnya benar maka kesimpulannya juga benar.
Contoh :
a.
Jika
semua monyet adalah primata dan semua primate adalah mamalia maka semua monyet
adalah mamalia.
b.
Jika
semua Katolik adalah Kristen dan tidak ada Kristen yang Muslim, maka tidak ada
Katolik yang Muslim.
Pembagian
Silogisme:
a.
Modus
Ponen
Premis 1 :p
àq
Premis 2 :
p
Kesimpulan :
q
b.
Modus
Tolen
Premis 1 :
pàq
Premis 2 :
-q
Kesimpulan :
-p
c.
Silogisme
Hipotetik
Silogisme hipotetik adalah argumen yang premis
mayornya berupa proposisi hipotetik, sedangkan premis minornya adalah proposisi
katagorik.
Premis
1 : pàq
Premis
2 : qàr
Kesimpulan
: pàr
Contoh
:
Jika hujan saya naik becak.(mayor)
Sekarang hujan.(minor)
Saya naik becak (konklusi)
Sekarang hujan.(minor)
Saya naik becak (konklusi)
d.
Silogisme
Alternatif
Silogisme
alternatif adalah silogisme yang terdiri atas premis mayor berupa proposisi
alternatif. Proposisi alternatif yaitu bila premis minornya membenarkan salah
satu alternatifnya. Kesimpulannya akan menolak alternatif yang lain.
Premis
1 : p V q
Premis
2 : -q
Kesimpulan : p
Contoh :
Nenek Sumi
berada di Bandung atau Bogor.
Nenek Sumi berada di Bandung.
Jadi, Nenek Sumi tidak berada di Bogor.
Nenek Sumi berada di Bandung.
Jadi, Nenek Sumi tidak berada di Bogor.
Orang yunani
memberikan contoh suatu kebenaran khusus dalam geometri “definisi garis dan
lurus” . Mereka mendalilkan adanya suatu kebenaran tentang suatu garis lurus.
Hal ini berdasar pada 5 postulat geometri Euclidian sebagai berikut :
1.
Jika
ada sebuah titik maka sebuah garis lurus dapat bisa dibuat.
2.
Jika
sebuah garis dengan panjang tertentu, perpanjangan garis lurus dengan panjang
tak terhingga dapat dibuat.
3.
Jika ada sebuah garis lurus dengan panjang
tertentu, sebuah lingkaran dengan panjang jari-jari sepanjang garis lurus itu,
dengan satu ujung pada pusat lingkaran dan satu ujung pada lingkaran luarnya
dapat dibuat.
4.
Semua
sudut siku-siku adalah kongruen.
5.
Jika
ada dua garis yang memotong garis ke tiga dengan sudut dalam yang lebih kecil
dan dua sudut siku-siku maka jika dibuat perpanjangan, kedua garis itu akan
saling berpotongan di satu titik.
4.Perbandingan
dan Besaran
Aristoteles memiliki
peran pada
pengenalan dalam matematika dari perbedaan
antara
jumlah dan besarnya. Pythagorean bersikeras bahwa semua nomor, tetapi
Aristoteles
menolak ide itu. Meskipun ia ditempatkan jumlah dan besarnya dalam satu
kategori,"Kuantitas," ia membagi kategori ini menjadi dua kelas, yang
diskrit (angka) dan kontinuitas(besaran).
Sebagai contoh yang dia mengutip baris, permukaan, tubuh, dan
waktu.
Perbedaan
utama antara
dua kelas dari besaran
adalah "dapat
dibagi ke dalam
pembagian
yang tak terhingga dibagi, " sedangkan berdasarkan jumlah adalah unit tidak terhitung. Demikian,besaran bisa digabungkan dengan elemen yang tak
terhitung sedangkan nomor bisa dihitung.
Aristoteles mengklarifikasi lebih lanjut untuk menjelaskan gagasan ini dalam definisi
tentang "menggantikan dan
kontinuitas/sama."Hal-hal
yang berturutan
jika tidak ada dari jenisnya di
antara lainnya.
Misalnya, nomor 3 dan 4 berturut-turut.
Kekontinuitasan berada
ketika mengarah ke batas-batas pada limit , ketika "batas
menyentuh menjadi satu dan sama."
Oleh karena itu segmen 15 Line
Garis segmen akan
kontinu jika dapat terbagi ke titik akhir . Poin tidak dapat
membuat garis, karena mereka
berada dalam wilayah daerah dan batas limit. Karena poin tidak
memiliki bagian, jadi ini
tidak mungkin.
Kemustahilan
untuk titik pada garis untuk menggantikan/menghubungkan,
yaitu, untuk itu menjadi sebuah "titik berikutnya."
Jadi
antara dua titik pada garis adalah segmen garis, dan dapat menemukan titik pada
segmen garis.Sekarang, segmen garis dianggap terdiri dari koleksi titik tak terbatas, tapi
menurut Aristoteles
ini tidak masuk akal. Dia tidak memahami selengkapnya atau infinity actual.Meskipun ia menggunakan
istilah "infinity," ia hanya dianggap sebagai potensi. Misalnya,
seseorang dapat membagi suatu kontinuitas besaran dengan suatu keinginan, dan dapat menghitung keterbagiannya. Tapi dalam kasus juga tidak menyelesaikannya.
Selain
itu, ahli matematika benar-benar tidak perlu jumlah tak terbatas seperti garis lurus
yang tak terbatas. Mereka hanya perlu mendalilkan yang ada.Misalnya, tentang perpanjangan garis lurus.
5.
Paradok
Zeno
Zeno
dari Elea adalah murid dari Parmindes. Ia terkenal sebagai pembela gurunya dari
serangan argumentasi para pengikut Pythagoras dan menggunakan paradox sebagai
senjatanya. Paradok inilah sumbangan terbesar terhadap filsafat. Paradok yang
dia ajukan dianggap sebagai teknik yang pertama kali terekam dalam sejarah apa
yang disebut logika reduction ad absurdum. Teknik tersebut akan menunjukkan
sifat kontradiksi dari argument lawan sehingga argument tersebut dapat dengan
mudah disalahkan.
Pendapat
umum terhadap keberadaan keberagaman dan perubahan adalah benar adanya. Zeno
membela pendapat Parmindes bahwa keberadaan, keberagaman dan peybahan itu
hanyalah ilusi. Zeno membangun susunan paradox untuk menunjukkan bahwa pendapat
mereka itu tidak masuk akal dan tidak mampu mewakili kebenaran semesta.
Zeno
menawarkan dua tingkat argument melawan ide keberagaman dan melawan ide
perubahan. Pertama,Zeno ingin menunjukkan bahwa sesuatu di alam ini , yang
tampaknya berbeda dimata kita , hanyalah ilusi. Zeno mengatakan bahwa semua
benda tiga dimensi di alam ini dapat dibagi-bagi demikian seterusnya menjadi
substansi penyusun terkecil yang katakanlah disebut atom atau zarah. Meskipun
demikian, atom akan menempati ruang sekecil apapun sesuai ukurannya . Secra
logika , atom kemudian dibagi menjadi dua dan berukuran separuh atom , kemudian
dibagi lagi menjadi seperempat , demikian seterusnya , sampai tak terhingga .
Zeno mengajak menyimpulkan bahwa semua benda ini bersifat kontinu dan bukan
terpisah, dan akhirnya keberagaman itu hanyalah ilusi.
Argumen
Zeno yang membantah kebenaran gerak atau perubahan memang cukup sulituntuk
dibayangkan karena terasa bertentangan dengan kenyataan sehari-hari . Ia
memberi contoh Achilles , figure atlet lari pada zaman yunani kuno , yeng berlomba
lari dengan kura-kura. Mula-mula ke Achilles ingin mencoba melihat seberapa
cepat dirinya bisa berlari melintasi
lintasan stadion. Dia melihat ke lintasan dan berpikir bahwa sebelum mencapai
garis akhir , ia harus melewatititik tengah dulu . Namun, sebelum sampai ke titik tengah , ia harus melewati
seperempat dahulu , seperdelapan dahulu dan seterusnya . Jika jarak adalah
sekumpulan titik tak terhingga.Achilles berpikir bahwa ia tidak dapat melintasi
titik-titik yang tak terhingga jumlahnya dalam waktu tertentu. Contoh terseut
adalah paradox Zeno yang terkenal . Dengan hal itu , ia mengajak kita untuk
membayangkan Achilles yang mengambil titik start 100 m di belakang kura kura.
Achilles berpikir bahwa saat ia mencapai 100m , yaitu titik start si kura-kura
, si kura-kura sudah maju sekitar 10 langkah di depan titik start kura-kura .
Kemudian ketika Achilles mencapai 10 langkah di depan titik depan titik start
kura-kura . Kemudian ketika Achilles maju 1 langkah , si kura-kura maju 1cm ,
demikian seterusnya . Kesimpulannya secepat apaun Achilles mengejar kura-kura ,
ia tak akan pernah menjangkaunya . Jadi Pergerakan menembus waktu atau
perubahan iotu tidak mungkin .
Argumen
Zeno ingin menunjukkan bahwa ruang tidak dapat terdiri dari susunan titik-titik
tak terhingga. Kita tidak dapat bergerak dalam ruangan yang tersusun oleh titik
tak terhingga. Sebuah garis dapat dibagi menjadi bagian garis yng lebih pendek,
demikian seterusnya. Dengan cara inilah , ia membela pendapat Parmindes,
gurunya yang menyatakan bahwa Realitas itu tidak berubah, namun tetap kontinu.
Komentar
Posting Komentar